Moslemtoday.com : Kabar kematian pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh pada Rabu 31 Juli 2024 menimbulkan satu pertanyaan besar. Bagaimana bisa Seorang Kepala Biro Politik Hamas tewas di Teheran, Iran di mana tempat itu semestinya aman bagi dirinya?
Dilansir dari The New York Post, kronologi berbeda diungkap dalam kematian Haniyeh. Jika sebelumnya diberitakan serangan udara jadi penyebab kematian Haniyeh, The New York Post dan The Jerusalem Post punya kesaksian berbeda dari wakil komandan Hamas sektor Gaza Khalil Al Haya.
Saksi itu mengatakan Ismail Haniyeh tewas karena bom yang sudah ditanam sejak Juni 2024 di Wisma Nesad, tempat Haniyeh menginap saat kunjungannya ke Iran. Padahal Wisma itu dikelola oleh Garda Revolusi Iran (IRGC).
Jika hal itu benar artinya ada pengkhianat di Iran yang mungkin saja mengarahkan Haniyeh tidur di kamar yang sudah dipasang bom atau bahkan ada orang yang mengabarkan bahwa Haniyeh sudah berada di lokasi yang ditanam bom.
Pecahan di kamar Haniyeh amat rendah jika dibandingkan dengan serangan udara. Penyelidikan awal menemukan hanya sebagian tembok kamar Haniyeh yang rusak sementara kamar sebelahnya yang ditempati oleh pemimpin Jihad Islam Palestina Ziad Al Nakalah hanya ada keretakan sebagian dinding.
Tingkat kerusakan serangan udara semestinya akan merusak kamar sebelahnya bahkan bisa juga menewaskan orang di sekitarnya namun yang menjadi korban hanya Haniyeh dan ajudannya.
Berdasarkan kesaksian dan laporan tersebut, Tidak mungkin orang Israel langsung yang menanam bom di lokasi kejadian. Tentu orang yang bisa jadi kaki tangan Israel, apalagi wisma itu dikelola oleh Garda Revolusi Iran (IRGC).
Akan tetapi belum ada laporan sosok atau jaringan kakitangan Israel di Iran yang bertugas yang membantu Israel untuk membunuh Haniyeh. Masih dalam laporan yang sama, kaki tangan Israel disebut menyembunyikan bom itu sedemikian rupa selama hampir dua bulan hingga akhirnya Haniyeh masuk ke kamar yang disiapkan. Kemudian Bom meledak pada pukul 2 dini hari waktu setempat dan diledakkan dari jauh meski belum diketahui secara pasti di mana pengendali berada.
Metode pembunuhan ini sebetulnya sudah pernah dilakukan oleh kakitangan Israel lewat intel mereka, Mosad yaitu pada saat melenyapkan pakar nuklir Iran Mohsin Fakri Zadeh pada November 2020.
Penyelidikan awal pun menyimpulkan Israel mengulang metode ini sementara pihak IRGC belum bisa memastikan apakah hanya hamas saja yang menjadi sasarannya Israel sebab malam itu ada beberapa tamu penting lain yang juga menginap di wismanesad.
IRGC hingga saat ini mengaku masih mencari tahu siapa pengkhianat di dalam organisasi itu yang menjual informasi ke Israel. Selain itu belum diketahui pula cara jaringan Israel menyelendupkan peledak ke lokasi yang seharusnya dijaga ketat IRGC tersebut.
Lalu bagaimana Intel Israel atau Mosad mendapatkan antek-anteknya di sana?
Sikutip dari BBC yang sempat mewawancarai mantan Intel AGC, Israel punya banyak kaki tangan di Iran bahkan ada yang berpangkat Jenderal di pasukan inti Iran hingga duta besar. Begitu mudahnya Israel mendapatkan kaki tangan di Iran yang disebut-sebut mereka diperas dengan bukti perselingkuhan.
Salah seorang mantan Intel IRGC itu menyebut Israel dan sekutunya sering memantau ketat kehidupan petinggi IRGC dan diplomat Iran.
Di situlah awal pemerasan Israel dimulai, para petinggi itu paling sering diperas dengan video atau foto yang menunjukkan mereka berselingkuh. Khawatir aib itu tersebar, mereka pun mengiyakan untuk menjadi kakitangan Israel. Adapula sebagian lainnya yang mau jadi kakitangan Israel hanya karena tidak suka dengan pemerintah Iran. ***
Sumber : Middle East Monitor | Weblink : https://www.middleeastmonitor.com/20240801-haniyeh-killed-by-bomb-smuggled-into-guesthouse-months-ago-nyt-reports/
Indonesian Islamic News Agency (IINA)